Jakarta Timur Terendam: Ketika Alam Menguji Ketangguhan Kota

Minggu pagi yang seharusnya menjadi waktu tenang bagi warga Jakarta Timur justru diwarnai dengan genangan air yang belum mereda. Sebanyak 34 rukun tetangga (RT) masih berada di bawah ancaman banjir, menjadikan akhir pekan terasa lebih berat bagi warga yang terdampak. Sebagian besar area yang terkena berada di dataran rendah dengan sistem drainase yang kurang optimal, membuat air sulit surut meskipun hujan telah reda semalaman.

Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa persoalan banjir di Jakarta bukanlah hal baru, melainkan siklus berulang yang menuntut solusi jangka panjang, bukan sekadar respons darurat. Pemerintah daerah dan warga telah berupaya melalui normalisasi sungai dan pembangunan waduk kecil, tetapi fenomena alam kerap menguji efektivitas langkah-langkah tersebut. Banjir di Jakarta Timur hari ini menjadi refleksi bahwa adaptasi terhadap perubahan iklim belum sepenuhnya optimal.

Dalam konteks ini, penting juga melihat partisipasi warga. Banyak komunitas lokal yang mulai tanggap dengan kondisi sekitar melalui kerja bakti membersihkan saluran air hingga sistem peringatan banjir berbasis aplikasi. Namun, upaya tersebut tetap tak cukup bila tak dilengkapi dengan perencanaan tata ruang yang lebih bijak, seperti mencegah alih fungsi lahan resapan menjadi permukiman padat.

Pandemi yang sempat memperlambat program infrastruktur lingkungan kini meninggalkan PR besar bagi pemangku kebijakan. Sebab, banjir bukan hanya soal terendamnya rumah tetapi menyangkut keselamatan, ekonomi, bahkan pendidikan anak-anak yang tak bisa mengakses sekolah bila transportasi terganggu. Setiap centi genangan punya cerita, dan saat ini Jakarta Timur kembali menuliskan bab yang pahit.

Pada akhirnya, musibah ini menjadi cermin bahwa pembangunan tak bisa lagi berjalan dengan skenario lama. Solusinya bukan sekadar membangun lebih banyak beton, tetapi mengenali alam, belajar darinya, dan membangun harmonisasi yang berkelanjutan. Banjir mungkin tak bisa dihindari sepenuhnya, tetapi respons dan mitigasinya dapat menjadikan kota lebih tangguh jika semua pihak bergerak bersama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *