Tenis ala Milenial Kena Pajak, Komunitas Padel Tetap Tenang

Olahraga padel, yang kini tengah naik daun di kalangan anak muda urban Indonesia, terutama di Jakarta, baru saja terkena kebijakan pajak baru. Pemerintah DKI Jakarta menerapkan tarif Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) sebesar 10 persen untuk layanan olahraga ini. Meski terkesan sebagai langkah fiskal yang bisa menimbulkan ketegangan, komunitas padel menyambutnya dengan kepala dingin. Reaksi santai dari pemain menunjukkan bagaimana pandangan terhadap pajak olahraga telah bergeser.

Padel dikenal sebagai olahraga sosial yang menggabungkan unsur tenis dan squash dan digemari karena mudah dipelajari serta menyenangkan dimainkan beramai-ramai. Harga sewa lapangan memang tak selalu murah, apalagi di kota besar. Namun, para pemain tampaknya memahami bahwa pajak sebesar 10 persen tidak akan secara signifikan mengurangi minat atau kemampuan mereka untuk menikmati permainan ini.

Pada dasarnya, penerapan pajak ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan pemasukan daerah sekaligus merapikan regulasi sektor jasa rekreasi. Dalam konteks ini, padel tidak diperlakukan istimewa atau dikecualikan, justru kini diakui sebagai bagian dari industri olahraga yang tumbuh pesat. Artinya, ada pengakuan formal terhadap eksistensi dan potensi ekonomi olahraga ini.

Dari perspektif yang lebih luas, respons positif para pelaku padel bisa menjadi contoh sikap dewasa terhadap kebijakan publik. Di tengah kondisi ekonomi yang menuntut fleksibilitas fiskal, kooperasi antara komunitas hobi dan regulator adalah modal penting untuk pertumbuhan bersama. Padahal banyak sektor lain yang sering kali langsung memprotes jika dikenai pajak tambahan.

Secara keseluruhan, kebijakan ini bisa menjadi langkah maju jika dibarengi dengan transparansi dan peningkatan pelayanan, seperti perbaikan fasilitas dan subsidi untuk pengembangan olahraga di tingkat komunitas. Jika penerimaan pajak digunakan dengan bijak, kebijakan ini bukan sekadar beban tambahan, melainkan investasi untuk masa depan olahraga di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *